Minggu, 05 April 2015

apa kabar kita??



Apa kabar ‘kita’

Apa kabar yang dulu sempat menjadi kita? Ku harap semuanya baik-baik saja, tentu saja semuanya akan terasa baik-baik saja setelah tergantikannya aku oleh kedua lelaki itu. Kedua lelaki??? Ya, yang pertama telah kalian akhiri hubungan itu, dan yang kedua dengan orang yang berbeda, sedang kalian jalani hubungan itu.
“Dulu aku dan kamu sempat menjadi kita”
Duduk termenung di kursi yang telah usang yang telah dimakan oleh  waktu yang berada di luar rumah karena keberadaannya tidak lagi dibutuhkan didalam rumah, sebab telah tergantikannya oleh kursi yang lebih baru seperti halnya aku, sembari melamun memikirkan hal yang sekiranya mungkin bisa untuk diperbaiki dan kembali, dengan ditemani angin sore yang berhembus ke arah selatan sana yang melantunkan ayat-ayat rindu yang berharap dia bisa untuk dapat merasakannya, dan dengan ditemani beberapa perasaan penyesalan yang sekiranya apabila diukur mungkin akan cukup sama banyaknya dengan pohon yang berada di dunia.
 “Bagaimana dirimu menjalani hari-hari bersamanya? kau lebih bahagia bersamaku atau bersamanya? apakah kau nyaman berhubungan bersamanya? lebih nyaman manakah bersamaku atau bersamanya? Apakah kau pernah memikirkan atau merindukanku ketika bersamanya? apakah kau pernah berfikiran untuk menghubungiku? Apakah sesekali kau pernah melihat profil di akun facebook ku atau melihat riwayat di akun twitter ku? Apakah kau pernah menjadikan aku salah satu status didalam facebook, bbm atau tweet di dalam twitter mu?”
Pertanyaan model apa itu semua!!! Sangat memalukan untuk seorang laki-laki tangguh seperti teman-temannya katakan yang tak pernah kalah oleh keadaan dalam suatu hubungan tapi di hadapan wanita seperti ini ketika dia di lepaskan dia kehilangan formasi dalam hatinya. Ya, wanita inilah yang membuatnya perlahan-lahan mulai sadar akan tingkah laku-tingkah lakunya yang begitu tolol selama ini.
 “Genggam tanganku erat-erat dan jangan pernah kau lepaskan ketika kau siap dan yakin ingin menempuh jalan ini bersamaku, percayalah bahwa kita akan menghadang apapun yang akan kita hadapi nanti, aku akui jalan ini begitu sulit untuk kita jalani, begitu berat untuk kita hadapi, dan meski ku bukan yang terbaik tapi aku akan selalu bersamamu”.. tapi apa yang terjadi kau malah melepaskan genggamanmu.
Selama berhubungan kita hanya bertukar kabar melalui pesan singkat, sosial media, panggilan suara di telephone. Suaramu kini hanya menjelma sebagai sebuah nyanyian angin sore di musim kemarau yang begitu di idam-idamkan, bahasa pesan singkatmu menjelma sebagai lukisan abstrak yang tak pernah berbentuk nyata tapi sangat indah sebagai suatu karya seni. Sekarang aku hanya bisa melihat mu dan memantau keadaanmu hanya pada status bbm, facebook, dan twitter mu. Ku baca lagi pesan-pesan singkatmu dalam salah satu sosial media yang pernah kau kirimkan, dan...  Akhirinya aku sadar bahwa keegoisan lah yang membuat sebuah hubungan bisa berakhir. Dan percayalah kita akan sangat merindukan siapapun itu ketika kita telah dipisahkan dengan orang tersebut.
Selama berhubungan mungkin kamu yang lebih banyak mengerti dari pada di mengerti.. Lebih banyak memberi perhatian dari pada diberi perhatian.. Lebih baik mengalah dari pada harus menyalahkan.. Bodoh, hanya itu yang pantas untuk disandangkan pada lelaki ini, untuk orang tolol sepertiku yang menyianyiakan mu seperti ini.
 Terlalu banyak yang harus disesalkan dalam akhir skenario ini. Luka ini bukan dari harus berakhirnya hubungan ini, tapi dari sebuah kesalahan yang begitu banyak yang menjadikan semuanya menjadi sekumpulan kesalahan. Salah satunya mungkin terlalu banyaknya aku memberikan kecemburuan untukmu.

“aku ga bisa kaya gini terus, ternyata aku lebih nyaman ketika status pertemanan yang berada dalam hubungan kita. Dan mungkin status adik-kakak yang pantas kita jalani untuk kedepannya!”
Status adik-kakak apa? Apakah pantas seorang kakak mempunyai perasaan kepada adiknya sendiri? Apakah pantas seorang kakak mempunyai perasaan ingin memiliki sang adik sepenuhnya? Dan apakah pantas seorang kakak ingin membunuh dan marah kepada setiap lelaki yang mendekati, memiliki, menjadi pacar adiknya?
“baiklah” hanya satu jawaban bodoh yang diucapkan oleh laki-laki ini. Apakah jawaban itu pantas untuk diucapkan seorang laki-laki? Dan kenapa tidak kau pertahankan hubungan itu??? Keanapa hay laki-laki bodoh aku bertanya padamu kenapa  malah kau iyakan perpisahan itu terjadi kalau kau masih sangat menyayanginya sampai saat ini???  Kenapa tidak kau meminta maaf saja ketika semuanya itu terucap?? Kenapa!!
Tersirat banyak pertanyaan entah ini salahku atau salahmu, entah ini inginku atau inginmu, tapi, tidak...  semuanya telah berakhir... Tidak ada tapi atau apapun yang mesti disesalkan... Kita telah dewasa, bukankah dewasa berarti siap untuk melepaskan juga mrelakan!!!

ketika semua itu terucap, terdengar nyanyian angin yang menyanyikan lagu naff-kenanglah aku :


“Karamnya cinta ini
tenggelamkan ku di duka yang terdalam.
Hampa hati terasa
 kau tinggalkanku meski ku tak rela.
Salahkah diriku hingga saat ini
 ku masih mengharap kau tuk kembali.
Mungkin suatu saat nanti
 kau temukan bahagia meski tak bersamaku.
bila nanti kau tak kembali
 kenanglah aku sepanjang hidupmu”


Hanya bisa sebulan lebih kita menjalani hubungan ini, dan selama itu kita hanya pernah menghabiskan waktu saling bersama kurang lebih selama 5 menit, saja. Bukankah sangat tragis??? Kalian heran?? Ko bisa?? Padahal kita hanya diberi jarak kurang lebih 2 Km.  Untuk sebuah hubungan tentu saja itu merupakan sebuah kalimat “apa yang telah terjadi”

Jadi apakah sebab hubungan kita berakhir???????????????
Kenyamanan kah!!! Seperti yang telah kau jelaskan.. Disaat kuanggap ini hanya sebuah konflik awal yang gampang dan bisa untuk kita lewati, disaat kurasa ini baru awal dari skenario ini, disaat ku anggap ini adalah oksigen baru yang dapat aku hirup yang dapat membuat aku menjadi pulih kembali akibat karbondioksida yang dulu pernah aku hirup, tapi nyatanya ini adalah sebuah akhir di dalam skenario mu.
kuperlihatkan kebahagiaan di matamu tapi terasa paling munafik dihatiku, kulukiskan senyum termanis di bibirku tapi terasa pahit dijiwaku , ku selipkan tawa di telingamu tapi terasa  tangis untukku.

Terakhir.....

Ketika kita melihat orang yang kita sukai, sayangi, bersama dengan orang lain, kita tidak ingin untuk mendoakan mereka berdua. Tapi tidak untuk kali ini, ketika kau bersamanya ku melihat senyum termanis di bibirmu dengan dipancarkan kebahagiaan, dan untuk pertama kalinya aku berdoa agar kau selalu bisa bahagia bersamanya. untuk wanita yang sampai saat ini masih kucintai, terus tersenyum dan berbahagialah.

The End.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my shine sun

20 agustus 2016 ternyata bukan pertama kali aku melihatmu... 20 agustus 2016 14:27 ketika perayaan ulang tahun purwakarta yang ke 185 ...