Apa kabar ‘kita’
Apa kabar yang dulu sempat menjadi
kita? Ku harap semuanya baik-baik saja, tentu saja semuanya akan terasa
baik-baik saja setelah tergantikannya aku oleh kedua lelaki itu. Kedua
lelaki??? Ya, yang pertama telah kalian akhiri hubungan itu, dan yang kedua dengan
orang yang berbeda, sedang kalian jalani hubungan itu.
“Dulu aku dan kamu sempat menjadi
kita”
Duduk termenung di kursi yang telah
usang yang telah dimakan oleh waktu yang
berada di luar rumah karena keberadaannya tidak lagi dibutuhkan didalam rumah,
sebab telah tergantikannya oleh kursi yang lebih baru seperti halnya aku,
sembari melamun memikirkan hal yang sekiranya mungkin bisa untuk diperbaiki dan
kembali, dengan ditemani angin sore yang berhembus ke arah selatan sana yang
melantunkan ayat-ayat rindu yang berharap dia bisa untuk dapat merasakannya,
dan dengan ditemani beberapa perasaan penyesalan yang sekiranya apabila diukur
mungkin akan cukup sama banyaknya dengan pohon yang berada di dunia.
“Bagaimana dirimu menjalani hari-hari
bersamanya? kau lebih bahagia bersamaku atau bersamanya? apakah kau nyaman
berhubungan bersamanya? lebih nyaman manakah bersamaku atau bersamanya? Apakah
kau pernah memikirkan atau merindukanku ketika bersamanya? apakah kau pernah
berfikiran untuk menghubungiku? Apakah sesekali kau pernah melihat profil di
akun facebook ku atau melihat riwayat di akun twitter ku? Apakah kau pernah
menjadikan aku salah satu status didalam facebook, bbm atau tweet di dalam
twitter mu?”
Pertanyaan model apa itu semua!!!
Sangat memalukan untuk seorang laki-laki tangguh seperti teman-temannya katakan
yang tak pernah kalah oleh keadaan dalam suatu hubungan tapi di hadapan wanita
seperti ini ketika dia di lepaskan dia kehilangan formasi dalam hatinya. Ya,
wanita inilah yang membuatnya perlahan-lahan mulai sadar akan tingkah
laku-tingkah lakunya yang begitu tolol selama ini.
“Genggam tanganku erat-erat dan jangan pernah
kau lepaskan ketika kau siap dan yakin ingin menempuh jalan ini bersamaku,
percayalah bahwa kita akan menghadang apapun yang akan kita hadapi nanti, aku
akui jalan ini begitu sulit untuk kita jalani, begitu berat untuk kita hadapi,
dan meski ku bukan yang terbaik tapi aku akan selalu bersamamu”.. tapi apa yang
terjadi kau malah melepaskan genggamanmu.
Selama berhubungan kita hanya
bertukar kabar melalui pesan singkat, sosial media, panggilan suara di
telephone. Suaramu kini hanya menjelma sebagai sebuah nyanyian angin sore di
musim kemarau yang begitu di idam-idamkan, bahasa pesan singkatmu menjelma sebagai
lukisan abstrak yang tak pernah berbentuk nyata tapi sangat indah sebagai suatu
karya seni. Sekarang aku hanya bisa melihat mu dan memantau keadaanmu hanya
pada status bbm, facebook, dan twitter mu. Ku baca lagi pesan-pesan singkatmu
dalam salah satu sosial media yang pernah kau kirimkan, dan... Akhirinya aku sadar bahwa keegoisan lah yang
membuat sebuah hubungan bisa berakhir. Dan percayalah kita akan sangat
merindukan siapapun itu ketika kita telah dipisahkan dengan orang tersebut.
Selama berhubungan mungkin kamu yang lebih
banyak mengerti dari pada di mengerti.. Lebih banyak memberi perhatian dari
pada diberi perhatian.. Lebih baik mengalah dari pada harus menyalahkan.. Bodoh,
hanya itu yang pantas untuk disandangkan pada lelaki ini, untuk orang tolol
sepertiku yang menyianyiakan mu seperti ini.
Terlalu banyak yang harus disesalkan dalam
akhir skenario ini. Luka ini bukan dari harus berakhirnya hubungan ini, tapi
dari sebuah kesalahan yang begitu banyak yang menjadikan semuanya menjadi
sekumpulan kesalahan. Salah satunya mungkin terlalu banyaknya aku memberikan
kecemburuan untukmu.
“aku ga bisa kaya gini terus,
ternyata aku lebih nyaman ketika status pertemanan yang berada dalam hubungan
kita. Dan mungkin status adik-kakak yang pantas kita jalani untuk kedepannya!”
Status adik-kakak apa? Apakah pantas
seorang kakak mempunyai perasaan kepada adiknya sendiri? Apakah pantas seorang
kakak mempunyai perasaan ingin memiliki sang adik sepenuhnya? Dan apakah pantas
seorang kakak ingin membunuh dan marah kepada setiap lelaki yang mendekati,
memiliki, menjadi pacar adiknya?
“baiklah” hanya satu jawaban bodoh
yang diucapkan oleh laki-laki ini. Apakah jawaban itu pantas untuk diucapkan
seorang laki-laki? Dan kenapa tidak kau pertahankan hubungan itu??? Keanapa hay
laki-laki bodoh aku bertanya padamu kenapa malah kau iyakan perpisahan itu terjadi kalau
kau masih sangat menyayanginya sampai saat ini??? Kenapa tidak kau meminta maaf saja ketika
semuanya itu terucap?? Kenapa!!
Tersirat banyak pertanyaan entah ini
salahku atau salahmu, entah ini inginku atau inginmu, tapi, tidak... semuanya telah berakhir... Tidak ada tapi
atau apapun yang mesti disesalkan... Kita telah dewasa, bukankah dewasa berarti
siap untuk melepaskan juga mrelakan!!!
ketika semua itu terucap, terdengar
nyanyian angin yang menyanyikan lagu naff-kenanglah aku :
“Karamnya cinta ini
tenggelamkan ku di duka yang terdalam.
Hampa hati terasa
kau tinggalkanku meski ku tak rela.
Salahkah diriku hingga saat ini
ku masih mengharap kau tuk kembali.
Mungkin suatu saat nanti
kau temukan bahagia meski tak bersamaku.
bila nanti kau tak kembali
kenanglah aku sepanjang hidupmu”
Hanya
bisa sebulan lebih kita menjalani hubungan ini, dan selama itu kita hanya
pernah menghabiskan waktu saling bersama kurang lebih selama 5 menit, saja. Bukankah
sangat tragis??? Kalian heran?? Ko bisa?? Padahal kita hanya diberi jarak
kurang lebih 2 Km. Untuk sebuah hubungan
tentu saja itu merupakan sebuah kalimat “apa yang telah terjadi”
Jadi apakah sebab hubungan kita
berakhir???????????????
Kenyamanan kah!!! Seperti yang telah
kau jelaskan.. Disaat kuanggap ini hanya sebuah konflik awal yang gampang dan
bisa untuk kita lewati, disaat kurasa ini baru awal dari skenario ini, disaat
ku anggap ini adalah oksigen baru yang dapat aku hirup yang dapat membuat aku
menjadi pulih kembali akibat karbondioksida yang dulu pernah aku hirup, tapi nyatanya
ini adalah sebuah akhir di dalam skenario mu.
kuperlihatkan kebahagiaan di matamu
tapi terasa paling munafik dihatiku, kulukiskan senyum termanis di bibirku tapi
terasa pahit dijiwaku , ku selipkan tawa di telingamu tapi terasa tangis untukku.
Terakhir.....
Ketika kita melihat orang yang kita
sukai, sayangi, bersama dengan orang lain, kita tidak ingin untuk mendoakan mereka
berdua. Tapi tidak untuk kali ini, ketika kau bersamanya ku melihat senyum termanis
di bibirmu dengan dipancarkan kebahagiaan, dan untuk pertama kalinya aku berdoa
agar kau selalu bisa bahagia bersamanya. untuk wanita yang sampai saat ini
masih kucintai, terus tersenyum dan berbahagialah.
The End.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar