Oleh
syiva habibie januar ramadhan
Kita telah bersama selama 3 tahun.
Tahun
pertama aku tidak terlalu mengenalmu, barangkali mengobrol pun tidak pernah
kurasa, walaupun selama satu tahun kita berada di satu kelas yang sama,yang ku
ingat hanya panggilan nama, rupa wajah, dan tempat duduk dimana kamu berada di
barisan kedua, bangku kedua dari sebelah kiri, dan duduk di sebelah kiri.
Tahun kedua
kita tidak dipertemukan dalam satu kelas yang sama, kita memiliki cerita
masing-masing, di tempat yang berbeda, dengan orang-orang yang berbeda, dan
tentunya tidak ada aku dalam ceritamu, dan kamu di dalam cerita ku. Kita
memiliki cerita kasih, tawa, asmara masing-masing yang tidak kamu ketahui atau
aku ketahui.
Tahun ketiga,
kita dipertemukan kembali. Ditengah semester pertama kamu masuk rumah sakit.
Sepulang dari rumah sakit semua orang di kelas akan menjengukmu bersama dengan wali
kelas. Orang-orang di kelas sudah sepakat untuk menjengukmu sepulang sekolah. Siang
sepulang sekolah semuanya telah berkumpul di pelataran sekolah, kepada yang
lain aku meminta izin untuk pulang terlebih dahulu dan akan menyusul
menggunakan motor, sesampainya dirumah langit memperlihatkan kesedihannya,
hujan lebat tiba-tiba turun, sampai sore
hujan tak kunjung reda, terpaksa kuurungkan niatku untuk menjengukmu, maafkan
aku.
setengah tahun pertama telah terlewati, dan
setengah tahun kedua akan dimulai. Tidak ada yang berubah diantara kita. Sekitar
5 bulan lagi kita bersama, kita akan keluar dari ruangan ini, mencari dan
menentukan jalan hidupnya sendiri. Di waktu yang singkat ini kita mulai bicara,
entah kapan dan dimana itu dimulai, kita menjadi lebih sering bicara, dan bercanda.
Perhatian demi perhatian mulai sering kita berikan satu sama lain, kenyamananpun
mulai hadir dan kita rasakan.
Minggu ini
akan diadakan try out, hari kedua setelah
try out ada jadwal pemotretan untuk dijadikan album kenangan,
masing-masing kelas mempunyai tema untuk dijadikan cerita dalam album kenangan,
tema dari kelas kita adalah perkebunan, kita diperbolehkan untuk pulang
terlebih dahulu untuk membawa perlengkapan pemotretan, siang jam 2 kita
berkumpul kembali di sekolah, tetapi sayangnya keadaan langit tidak begitu
mendukung, rintik hujan mulai turun. Dengan memakai jaket manchester united
warna hitam, jeans biru tua, dan kerudung paris ungu, syukurlah kamu sudah
terlebih dulu datang. Jaket yang kamu kenakan, yaa, aku tau sang pemiliknya,
dia adalah laki-laki dalam cerita asmaramu dari tahun kedua, mengetahuinya,
entahlah, ini sangat membingungkan.
Satu jam kemudian setelah hujan reda kita
berangkat ke lokasi pemotretan di daerah cileungsing. Dalam cerita aku menjadi
seorang pembeli, kamu menjadi seorang istri dari seorang petani, dengan
mengenakan kebaya ungu, kain batik, dan kerudung paris ungu, betapa cantiknya
kamu saat itu.
Seusai
pemotretan kami semua pulang dengan melewati persawahan, dan perkebunan, masih
ingatkah ditengah perjalanan kita sempat mengambil beberapa foto disebuah gubug
di pinggiran sawah? bagiku itu menjadi salah satu kenangan indah di perkenalan
kita.
Beberapa
hari kemudian kita melaksanakan study tour ke plered, tempat pembuatan gerabah
dan keramik dari tanah liat. Tak ada kenangan atau cerita aku dan kamu disana, hanya
3 buah foto diakhir perjalanan di tempat oleh-oleh khas plered, yang menjadi
kenangan bahwa kita pernah kesana bersama-sama.
Kita pernah
main bersama sebanyak dua kali, kali pertama bersama anak kelas ke lokasi
pemandangan ujung aspal, saat itu akses kesana masih jalanan berbatu, dengan
membawa motor yang tidak sesuai dengan ukuran badanmu, kamu tidak bisa menahan
berat motor dan terjatuh, syukur saja hanya lecet dan tidak ada luka serius. Apakah
kamu merasakan sentuhan itu? Aku begitu mengkhawatirkanmu.
Kali kedua bersama beberapa teman main kita. Bahagia
terus terang ketika aku mengajakmu keluar lewat pesan pendek yang kukirimkan
dan dibalas dengan jawaban yang diharapkan, bersama-sama kita menuju ke
beberapa tempat pemandangan di sekitaran wanayasa, awalnya tujuan kita CHR
(ciater highland resort) tetapi karena hari sudah sore dan akan turun hujan tujuan
utama dibatalkan.
Ujian
nasional pun tiba. Dimana ini adalah langkah akhir dalam perjalanan masa putih
biru kita, dimana esok tak akan kutemui setiap hari wajah yang ku sayangi itu,
senyum yang menjadi bekal yang hanya akan didapat apabila masuk sekolah, dan
sorot mata yang menyejukan di setiap pertemuan mata kita. Ketika ujian kita
berada dalam satu ruangan yang sama karena nama kita yang berdekatan. Ketika
mata ini saling bertemu kamu selalu memberikan senyuman itu, senyuman yang
menjadikan kesan tersendiri dalam hati ini dan pengharapan bahwa dengan
senyuman itu aku memiliki tempat tersendiri dalam hatimu,
Tiga hari
telah berlalu, kelegaan dirasakan karena telah menyelesaikan persoalan
terpenting di masa 3 tahun ini. Setelah ujian dilaksanakan tidak ada lagi
kegiatan apapun disekolah untuk kelas 3, menjadikan kita semakin jarang bertemu
dan bertegur sapa sampai pada hari acara perpisahan sekolah dimulai.
Pada hari
acara perpisahan sekolah, kamu duduk di jajaran depan sesuai dengan absen
kelas, karena aku yang terlambat datang aku duduk di barisan paling belakang. Acara
perpisahan itu begitu brengsek, memang tidak menyebabkan keluarnya air mata
tapi kesedihan, tentu saja. Semuanya terasa menjadi begitu sangat berharga
setelah perpisahan sudah di ujung mata, entah itu kenangan buruk, baik,
membahagiakan, menyedihkan, kesabaran, kekesalan, amarah, kebahagiaan,
kesedihan, percintaan, persahabatan, pertemanan, tentang semuanya itu, menjadi
sebuah hal yang akan dirindukan dan berat dilepaskan. Kita adalah manusia, yang
mempunyai rasa penyesalan dalam hidup, di masa itu banyak sekali penyesalan
yang dibuat, salah satunya dalam usaha memilikimu, yaa, tak kulakukan itu, tak
pernah kucoba untuk menggapaimu. Setelah acara selesai, para siswa diperbolehkan
untuk pulang, bersama teman laki-laki lain aku langsung menuju ke kelas dimana
selama satu tahun pembelajaran terakhir kita lakukan. Kamu datang menyusul
bersama teman wanita lain, raga dan hati ini terlalu canggung ketika kita
bertemu, entah apa yang terjadi ketika saat itu aku hanya melewatimu. Aku
melewatimu begitu saja tanpa ada kata ucap atau pisah, ataukah mungkin
perpisahan ini yang membuat ucapan ini tak ingin dikeluarkan, entahlah, aku meninggalkan
semuanya begitu saja. Teramat tolol memang laki-laki ini, padahal kita hanya
sebatas teman, tapi kenapa semuanya terasa sulit untuk diucapkan dan dilakukan,
padahal ini adalah hari terakhir dimana kita bersama.
3 hari
kemudian kelas kami mengadakan perpisahan, disalah satu rumah teman kita. Malam
sebelum acara perpisahan kita sempat berbalas-balas pesan singkat, kita
membicarakan untuk keberangkatan besok, ku ajukan untuk berangkat bersama dan
akan menjemputmu, dan kamu menyetujuinya, saat itu aku sama sekali tidak
mengetahui dimana rumahmu, yang tentu saja aku mundar-mandir untuk mencarinya,
akhirnya melalui pesan singkat kusuruh untuk menunggu di pinggir jalan, dengan
memakai pakaian ungu warna kesukaanmu, jeans abu, kerudung, dan membawa jaket
orange, aku menemukanmu, sosok yang begitu ingin aku miliki. jaket orange itu
tak kamu kenakan, dan ketika kamu naik ke atas motor lengan jaket itu terkena
oli rante motor, tapi itu merupakan kesalahanmu hehee. Sesampainya ditempat
tujuan tidak semuanya hadir memang, tapi sebagian besar ada pada saat itu, dan turut
juga kehadirannya wali kelas. Canda, tawa, menghiasi langit-langit rumah ini
yang seakan-akan tidak adanya sebuah perpisahan setelah ini. Setelah makan nasi
liwet dengan ditemani bakar ikan plus sambal kecap kita bercerita tentang tiga
tahun kebelakang, dimana banyak sekali tawa didalamnya, begitu banyak cerita
satu sama lain, tentang semua hal, tetapi ditengah itu semua ada peristiwa yang
begitu indah dan tak mungkin terlupakan, ingatkah kamu? Ketika semuanya sedang asik becerita aku meminjam
sepeda teman kita dengan rangka sepeda warna merah tua, dengan setang berwana hitam,
dan kedua ban yang sedikit kurang angin karena sudah jarangnya digunakan, ketika
mengeluarkan sepeda kamu meminta untuk dibonceng, tentu saja mana mungkin aku
menolaknya, kamu dibonceng didepan, peristiwa itu tentunya sangat indah, dan tidak
akan pernah terlupakan. Kepala itu, kepala sang pemilik senyum mempesona itu
sangat dekat sekali beberapa cm didepanku, apakah kamu merasakan degub jantung
yang begitu berdebu-debu ini? walaupun diperjalanan kamu sempat membahas mantan
kekasihmu yang rumahnya tak jauh dari sini, menyebalkan tentunya, kenapa di
saat-saat seperti ini kamu membicarakannya, tapi tak mengapa, aku lebih bahagia
dengan apa yang sedang terjadi apabila harus disandingkan dengan hal itu, itu
sangat jauh. Itu menjadi salah satu kenangan terindah lagi bagiku di dalam
perkenalan kita, apakah begitu juga denganmu?
Setelah itu
aku melanjutkan sekolahku ke jenjang sma yang masih berada di wanayasa,
sebagian besar dari smp wanayasa memang melanjutkan ke sma ini, jadi tidak
terlalu canggung karena begitu banyak yang dikenal disekolah ini. Kamu
menjutkan sekolah di luar kota. Apakah kamu baik-baik saja disana? Sering
kudengar kamu disana sering mengalami sakit, entah dari mana informasi ini
kudapat tapi aku sering mendengarnya. Perasaan ini entah apa namanya, setelah
perpisahan ini semuanya terasa semakin jelas. Ketika kamu sedang online di
facebook, dengan rasa canggung aku mencoba menanyakan kabarmu, kita menjadi
sering chat untuk sekedar ngobrol, menanyakan keseharian, atau melayangkan
perhatian.
Setahun
kemudian, menginjak tahun ke dua, kamu pindah kesalah satu sekolah yang masih
didaerah wanayasa, itu dikarenakan kesehatanmu yang sering drop. Walaupun tak
sering kita masih suka bertukar kabar, lebih-lebih sekarang setelah kamu pegang
handphone.
Akhir-akhir
ini kamu sering becerita tentang laki-laki mu, taukah kamu setiap laki-laki
yang menjadi kekasihmu atau sedang dekat dengamu membuat sakit dalam
pengharapanku. Semua itu sempat membuat perlakuan ku terhadapmu menjadi sedikit
menjauh dan mencoba tak perduli, tetapi sebagaimanapun aku mencoba
melakukannya, aku selalu kalah. Wajarkah tentang sikapku ini terhadapmu?
Maafkan aku, aku baru menyadarinya beberapa saat kemudian tentang ketololan
sikapku ini.
Laki-laki
yang berada dikisahmu kali ini selalu membuatmu kecewa dan menangis, dengan alasan
dialah orang yang pertama kali kamu suka dan cinta pertamamu kamu mempertahankannya,
bukan karena perasaan yang ada pada diriku untukmu yang menyuruhmu untuk
meninggalkan dia, tapi semata-mata hanya demi untuk kebaikanmu.
Laki-laki
itupun akhirnya kamu tinggalkan, entah kapan itu, tapi itu sangat melegakan
karena tidak akan ada lagi kesedihan yang dia timbulkan terhadapmu. Dan
beberapa saat kemudian kamu memiliki laki-laki lain, dia adalah kaka kelas dua
tahun di atasku, dia laki-laki baik, dan dari keluarga baik, aku sedikit
mengenalnya. Dengan laki-laki ini kamu begitu serasi dan begitu sangat bahagia,
hati ini sedih, bukan karena aku tak ingin melihatmu bahagia, tapi mungkin
karena bukan aku yang membahagiakanmu.
Kamu masuk
rumah sakit lagi, entah karena apa. Dihari kedua kamu dirawat, bersama seorang
temanku aku menjengukmu. Setelah menanyakan keberadaanmu lewat sms, aku
langsung menuju keruanganmu, setelah berada didepan ruanganmu suatu hal ketololan
terjadi, jantung ini berdegub kencang entah karena apa, beberapa saat sebelum
masuk keruanganmu, aku pun meminjam tangan temanku dan meletakannya didada ini,
dia keheranan dan bertanya dengan apa yang tengah terjadi kepadaku, akupun tak
tau dengan apa yang tengah terjadi kepadaku. Dengan memberanikan diri kucoba
menepiskan semua hal itu, disana ada kedua orang tuamu dan adikmu, yang untung
saja tidak ada kekasihmu. Tidak banyak yang aku lakukan didalam, hanya
menanyakan keadaan, keseharian, dan kesehatanmu, seterusnya kami hanya saling
diam. Perkataan ini keluar sendirinya dari mulut ini yang bertanya sudahkah
kekasihmu menjengukmu? Kamu menjawab sudah, sebanyak tiga kali. Yaa, dia memang
laki-laki yang pantas untuk bersamamu. Hanya sekitar 20 menit didalam, dan tak
ingin kegugupan ini lebih lama dirasakan aku berpamitan untuk pulang.
Mengungkapkan
perasaan pernah kita lakukan satu sama lain, tapi sepertinya kamu hanya
mengaggap perasaan dan perkataanku hanya sebuah candaan. Meskipun kamu pernah mengungkapkan
hal itu, tapi kamu tidak pernah memberikan kesempatan untukku menggapaimu.
Sakit dan terluka tentu saja, tapi itu bukan alasan untuk aku
meninggalkanmu.
Dia adalah
laki-laki baik, dan memperlihatkan kesungguhannya, dia dapat melakukan apa yang
tidak bisa aku lakukan, yaa, aku tidak mengkhawatirkanmu, karena kamu berada di
sisi laki-laki yang bisa menjagamu dan melindungumu. Karena belum tentu kamu sebahagia
dan mendapatkan perhatian ini apabila denganku. Menyayangi bukan berarti
memiliki apa yang kita sayangi, tetapi sesuatu yang terbaik yang mesti dia
miliki adalah kesungguhan. Jangan pernah libatkan keegoisan dalam suatu
perasaan, itu tidak baik, dan memiliki tentu saja bukan segalanya.
Aku
menyayangimu dalam diamku, mengasihimu dalam kesendirianku, mencintaimu dengan
kebisuanku. Berbahagialah dengannya, setulusnya yang terbaik adalah melihat orang
yang kita sayang bahagia walaupun kebahgiannya bukan bersama kita, walaupun
hati ini sangat ingin memilikinya dan ada sedikit rasa sedih, tapi itu tidak
pantas untuk di bandingkan dengan kebahagian seseorang.
Allah
memiliki skenario jalan hidup yang berbeda-beda untuk setiap orang, dan mungkin
inilah yang Allah jalankan untukku tentang bagaimana jalanku dalam menyayangimu.
Berbahagialah
kasih, dan jangan menjadi seorang wanita yang menyedihkan, aku tak ingin
melihatnya, sehatlah selalu, jalanilah hidup sebaik dan sebahagia mungkin.
“Tak
kusesali, cintaku untukmu
Meskipun
dirimu tak nyata untukku
Sejak
pertama kau mengisi hari-hariku
Aku telah
meragu mengapa harus dirimu
Aku takkan
bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya
cintaku memang hanya untukmu
Sungguh ku
tak menahan bila jalan suratan
Menuliskan
dirimu memang bukan untukku
Selamanya..
Kadang aku
lelah menantimu
Pastikan
cinta untukku
Menuliskan
dirimu memang bukan untukku
Selamanya..”
Rio
febrian-bukan untukku
Tertanda,
dirimu yang kurindukan J